Oleh: Baim

Menarik untuk dibahas dua istilah diatas, memiliki tujuan dan karakteristik yang sama. Sama-sama menghadirkan orang banyak  serta memiliki tujuan yang sama untuk menyampaikan dan memperoleh informasi.

Menurut KBBI audiensi memiliki dua pengertian, yakni kunjungan kehormatan; dan pengunjung atau pendengar suatu ceramah dan sebagainya. Sedangkan, konferensi pers menurut Wikipedia adalah acara khusus yang dibuat sebagai sarana untuk mengumumkan, menjelaskan, mempertahankan atau mempromosikan kebijaksanaan dengan maksud untuk mengukuhkan pengertian dan penerimaan publik pada pihak pemrakarsa acara.

Tujuan utama konferensi pers adalah mewujudkan keinginan pemrakarsa untuk menyampaikan pernyataan atau informasi oleh organisasi atau individu dengan mengundang media massa agar datang dan meliput dengan harapan berita akan disiarkan seluas-luasnya. Publikasi informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran.

Lalu, apa yang membedakan audiensi dan jumpa pers? Adalah pada keaktifan pelaku, baik penerima informasi atau pemberi informasi. Pada audiensi biasanya penerima informasi lebih aktif, terhadap narasumber akan meminta diadakan pertemuan khusus, waktu, tempat serta informasi yang gamblang. Sedangkan konferensi pers seperti pengertian di atas, pemrakarsa (pemberi informasi) yang berperan besar, baik mengundang audiens, tempat, waktu dan informasi yang akan disampaikan.

Perbedaan lain-nya ada pada peserta, jika audiensi boleh diajukan siapa saja atau lembaga mana saja. Maka konferensi pers digelar bagi jurnalis. 

Kemudian apa yang menarik dari istilah audiensi dan jumpa pers ditengah pandemi corona saat ini. Tentunya, ada pada fenomena jurnalis kuningan menggelar audiensi dengan pemangku kebijakan akan transparansi anggaran. Salahkah? tentu tidak! Karena publik berhak memperoleh berita dan informasi yang akurat.

Lantas, salahnya dimana? Sepertinya, ada pada komunikasi massa yang tidak dibangun baik oleh pemangku kebijakan, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kuningan. Padahal, mengutip ucapan Presiden Joko Widodo terkait komunikasi pemerintah harus di bangun narasi tunggal, yakni adanya  informasi terkait suatu agenda yang dikeluarkan, terkoordinasi dan terkonsolidasi dengan baik.

Jika saja pemangku kebijakan care diawal terkait transparansi anggaran, barangkali riak ini tidak akan menjadi gelombang. Dan Sebelum permintaan audiensi muncul, akan lebih indah apabila konferensi pers lebih dulu digelar melalui narasi tunggal. 

Mungkin "beliau-beliau" lelah pada pencegahan penyebaran, kita pantas berhusnudzon. Toh, penanganan pandemi di Kuningan cukup berhasil. Namun, ada juga pandangan sebaik apapun penggunaan anggaran, tetap jadi sorotan.

Akhirnya, terus berjuang kawan jurnalis! transparansi adalah hal yang hakiki. Aku berdoa agar kalian di jauhkan dari kesuudzon-an orang. Karena "kue" itu manis, teman.