PSC, Bogor - Indonesia
adalah contoh negara dengan masyarakat yang sangat majemuk dan miliki toleransi
serta rasa kebersamaan. Oleh karenanya para pemuka agama harus mengingatkan
kepada masyarakat tentang nikmatnya perdamaian, kerukunan dan persatuan. Pernyataan
ini disampaikan Presiden Joko Widodo ketika bersilaturahmi dengan Peserta
Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa di Istana Kepresidenan Bogor,
Sabtu 10 Februari 2018. "Jangan sampai lupa tentang anugerah dari Tuhan
mengenai ini. Jangan sampai kita lupa nikmatnya kerukunan, karena kita selama
ini selalu rukun," ucap Kepala Negara.
Presiden meminta agar para pemuka agama selalu mengingatkan kepada
masyarakat luas tentang saudara-saudara kita yang berada di beberapa negara
yang sedang dilanda konflik dan juga perang saudara. "Yang kehidupan
sehari-harinya selalu dihantui oleh perang, yang peradabannya mundur sampai
puluhan tahun bahkan ratusan tahun ke belakang," tuturnya.
Lebih lanjut Presiden menceritakan tentang kunjungan ke lima negara di Asia
Selatan, yakni Sri Lanka, India, Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan. Di Bangladesh Presiden
mengunjungi Cox’s Bazar. Lokasi pengungsi Rakhine State di Bangladesh. "Kondisinya
sangat memprihatinkan. Saya Kepala Negara pertama yang mengunjungi Cox’s Bazar.
Ini adalah komitmen kita untuk kemanusiaan dan komitmen kita untuk misi
kemanusiaan," ucapnya.
Delapan hari sebelum berkunjung ke Kabul, Afghanistan, ada ledakan bom yang
menewaskan 20 orang. Demikian pula saat dua hari jelang keberangkatan kembali
terjadi ledakan bom yang menewaskan 103 orang. "Bahkan dua jam sebelum
saya mendarat di Kabul, sebuah akademi militer di Kabul diserang, 5 tentara tewas
dan puluhah lainnya luka-luka," ujar Kepala Negara.
Saat tiba di Kabul, Afghanistan, Presiden menyampai kekagetannya melihat
kota yang sangat besar dan juga adanya gedung yang besar-besar. "Tapi
kehidupan sehari-harinya betul-betul tidak bisa disampaikan dalam kata-kata. Di
setiap jalan ada tank, di setiap gang ada tank, di setiap tempat ada,"
ucap Presiden.
Istana Presiden Agr di Kabul pun sangat besar. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani
menyampaikan bahwa istana tersebut dibangun 340 tahun yang lalu. "Beliau
menyampaikan kepada saya bahwa Afghanistan itu memiliki deposit gas dan minyak
yang besar, emas terbesar di dunia. tetapi tidak bisa dikelola karena
peperangan tadi," ujar Presiden.
Sementara itu, Ibu Negara Afghanistan Rula Ghani menyampaikan hal yang
lain. "Presiden Jokowi 40 tahun lalu sebelum negara kami perang, negara
kami bila dibandingkan dengan negara tetangga levelnya sedikit lebih tinggi dan
perang yang berkecamuk sudah lebih dari 40 tahun ini menyebabkan peradaban
mundur jauh ke belakang," tutur Presiden menyampaikan ucapan Rula Ghani.
Bahkan dulu di Afghanistan, perempuan mengemudikan mobil antar kota
merupakan hal yang biasa.
"Mungkin negara lain saat itu belum ada yang nyetir, di sini sudah
bisa. Tapi akibat konflik perang, perempuan tidak bisa bersekolah lagi. Keluar
rumah dibatasi karena masalah keamanan. Yang terkena dampak paling besar adalah
dua, anak-anak dan perempuan," ucap Presiden.
Saat ini kondisi di Afghanistan jauh lebih baik meski ada ledakan bom.
"Sekarang anak perempuan di lingkungan tertentu bisa naik sepeda. Itu
bahagia sekali. Dulu naik mobil sekarang naik sepeda saja sudah bahagia dan
merupakan hal luar biasa. Ini Ibu Rula Ghani yang menyampaikan ke saya,"
kata Presiden.
Perang dan konflik betul-betul menghancurkan nilai kemanusiaan. Karena
dalam kondisi seperti itu, kelompok-kelompok yang bertikai akan berusaha sekuat
tenaga untuk bertahan dan menang, tanpa memperhatikan lagi nilai-nilai yang
benar dan salah. Dalam situasi seperti ini sudah tidak ada lagi nilai-nilai
kemanusiaan. "Ini yang beliau (Rula Ghani) katakan, betapa yang namanya
kerukunan, perdamaian, persaudaraan, nilai yang betul-betul harus dijunjung
tinggi," ucap Presiden.
Luka psikologis karena konflik memerlukan waktu berpuluh tahun untuk menghilangkannya.
"Anak yang dilahirkan di situasi kekerasan akan melahirkan generasi yang
juga penuh kekerasan baru," tutur Kepala Negara. Oleh karenanya
perdamaian, kerukunan, persaudaraan dan stabilitas adalah fondasi berharga
bernegara, dasar untuk memenangkan persaingan kompetisi dengan negara. "Sekali
lagi atas nama rakyat Indonesia saya menyampaikan terima kasih atas kontribusi
untuk Indonesia maju, untuk yang kita cita-citakan," ujar Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara tersebut adalah Utusan Khusus
Presiden Republik Indonesia Untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan
Peradaban Din Syamsuddin, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan
Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan
Moeldoko dan Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki.
Bogor, 10
Februari 2018
Deputi
Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden
Bey
Machmudin/Red
0 Komentar