PSC Jakarta - Rumah
Pejuang Indonesia yang sebelumnya bernama Rumah Prabowo Subianto yang disingkat
RPS berubah nama menjadi Rumah Pejuang Indonesia, disingkat RPS. "Ya RPS
sebagai singkatan tetap, tidak berubah," hal itu dikatakan Akhmad Bumi
kepada media ini pada Rabu, 31/1/2018.
Perubahan nama tersebut menurut Bumi, setelah mendapat masukan dan
pertimbangan dari Ketua Umum RPS Brigjen TNI (Purn) Priyo Handoko, Ketua Dewan
Pembina Dr. (c) Nurcahaya Tandang, SIP., SH., M. Si, para pimpinan RPS antara
lain Dr. Ir. H. M. Nizar Dahlan, M. Si, Pradipa Yoedhanegara, Faisal M. Jasin,
ST., M.Si, Dra. Dadah Chalidah, M.PdI dll, disepakati RPS semula disebut Rumah
Prabowo Subianto (RPS) menjadi Rumah
Pejuang Indonesia (RPS) dengan berbagai pertimbangan antara lain :
RPS akan berbadan hukum dan berkelanjutan dalam waktu yang tak terbatas
dengan skala perjuangan permanen dari berbagai program dan kegiatan sesuai
bidang-bidang dan akan dibentuk lembaga-lembaga khusus seperti lembaga ekonomi
dan bisnis, lembaga LBH, lembaga pers, lembaga kesehatan dll.
RPS berbadan hukum, bersifat independen dan berbentuk organisasi
perjuangan, olehnya penggunaan nama diusahakan tidak terikat dengan siapapun
dan apapun serta pembentukannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sikap politik RPS adalah mendukung
dan berjuang untuk Prabowo Subianto menuju Presiden RI melalui Pemilu 2019
dengan berbagai pertimbangan yang telah disampaikan terdahulu berkaitan dengan
kondisi bangsa dan negara sebagai pertimbangan lahirnya lembaga RPS ini.
"Dalam logo RPS ada Bintang sebagai lambang lima sila Pancasila. Ada
padi kapas sebagai lambang kesejahtraan (sejahtera rakyat Indonesia). Berjejer
pulau-pulau sebagai lambang NKRI. Garis-garis 9 lambang sebagai simbol para
pendiri RPS yang 9 orang. Warna hitam bermakna kedalaman berfikir. Putih
bermakna tulus dan ikhlas. Merah bermakna berani dalam berjuang, lingkaran
bermakna satu kesatuan dari beragam warna baik etnis, suku, bahasa, agama,
budaya dll. Lengkapnya logo tsb diterjemahkan di dalam AD/ART RPS," beber
Bumi.
Bumi menyoroti semaraknya relawan-relawan politik yang lahir sejak Pemilu
2014 dan Pilgub DKI.
"Sebenarnya fenomena semaraknya relawan politik yang menguat sejak
Pilpres 2014 dan Pilkada DKI yang memenangkan Anis-Sandi itu memperkuat pilar
demokrasi. Relawan tumbuh di mana-mana, di saat Pilpres 2014, relawan pendukung
Jokowi lebih dari seratus, ada Jokowi Presidenku (JPK), ada Jokowi Presiden RI
(JPRI), ada Sahabat Jokowi dan lain-lain. Di kubi Prabowo juga demikian, ada
Garda Prabowo, Tidar, Macan Asia dan lainnya, di Pilkada DKI juga demikian,
sebelumnya hanya dikenal relawan sosial dan kemanusiaan. Adanya relawan politik
yang tumbuh di mana-mana itu jawaban atas sikap skeptis rakyat terhadap parpol.
Relawan telah menjadi salah satu sumbuhnya demokrasi," urai aktifis yang
juga lawyer ini ke pada IMC.
Relawan politik yang tumbuh telah melakukan pelembagaan demokrasi karena
adanya pertemuan antar kelas masyarakat dan dunia maya, telah terjadi
politisasi di ruang-ruang publik dan itu memperkuat demokrasi.
Fenomena tersebut berpotensi membentuk arus balik kedua bersifat
antagonistik terhadap struktur hegemonik politik mainstream berbasis oligarki
dan patronase.
"Dalam kencenderungan itu, kita sedang menyaksikan proses politik demokrasi
baru bukan ke arah konsensus dan kompromi elite, tetapi arah disensus dan
antagonisme. Setelah sekian lama ditelikung oleh kontur dan logika liberal guna
memenangkan nalar politik konsensus konservatif," jelasnya.
Relawan politik dalam konteks dinamika politik Indonesia dikategorikan
sebagai new social movement yang dihuni oleh kelas menengah.
Kehadiran new social movement, yang bersamaan dengn kehadiran politik media
sosial dapat dilihat sebagai bagian popular culture yang menitikberatkan pada penokohan.
"Banyak kalangan menilai budaya populer dalam lanskap sosial politik
Indonesia merupakan arena pertentangan representasi dan rekognisi terhadap satu
tokoh tertentu. Peran, figur dapat menjadi sebuah biopolitic publik berwatak
konfliktual sekaligus menjadi afiliasitas publik. Fenomena ini menunjukkan
tengah terjadi peningkatan partisipasi gerakan sosial, meskipun pada
realitasnya masih terbatas dan terfragmentasi," tandas alumi HMI ini.
Bumi menegaskan bahwa RPS menjadikan Prabowo sebagai simbol perjuangan,
sosok mumpuni yang dianggap mampu memperbaharui bangsa yang morat marit itu,
olehnya pantas menjadi Presiden. Dari buku karya Prabowo dengan judul Paradoks
Indonesia, jika disimak isi dari buku itu, Prabowo adalah seorang Pejuang Intelektual,
pemberani yang cerdas. Memahami benar Indonesia dari dalam, bukan dari luar,
bukan juga hasil polesan. Dalam buku itu adalah gagasan besar Prabowo untuk
Indonesia, berisi tulisan-tulisan cerdas seorang Prabowo. (syf/tim)
0 Komentar