masukkan script iklan disini
RPS, Jakarta - RPS 2019
adalah wadah perkumpulan para pejuang dan para aktivis lintas zaman yang
pembentukannya dengan tujuan berjuang mengusung Prabowo Subianto sebagai
Presiden 2019 menjawab nyanyian La Nyalla Mahmud Mattalitti yang menyerang
Prabowo dengan menyebut "Prabowo memalak La Nyalla", para pengurus
RPS menjawab kicauan La Nyalla yang dianggap telah menyerang kehormatan dan
nama besar Prabowo. Dr. Ir. H. M. Nizar Dahlan, M.Si. kepada IndonesiaMediaCenter.com
pada Rabu, 17/1/2018 mengatakan RPS punya visi berjuang mengantarkan Prabowo
menjadi Presiden pada Pilpres 2019.
”Kami punya tanggung jawab moral terhadap figur Prabowo, kami mengikuti
dengan cermat perkembangan La Nyala menjadi bakal calon Gubernur Jawa Timur
dengan mengharap dukungan Gerindra yang memiliki kursi di DPRD Jawa Timur,”
kata Nizar.
Dukungan Gerindra untuk mengusung calon Gubernur di Jawa Timur belu
memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan oleh undang-undang yaitu minimal
20 kursi. “Tetapi belum cukup seperti yang disyaratkan Undang-undang minimal 20
kursi, kemudian La Nyalla gagal karena tidak sanggup datangkan kursi tambahan
sesuai surat tugas yang diberikan Gerindra, hal ini menjadi booming di medsos
karena La Nyala menyatakan dirinya ‘dipalak’ oleh Prabowo Subianto, tapi di ILC
TV One pada Selasa, 16/1/2106 La Nyalla melalui suratnya menyatakan yang palak
bukan Prabowo tapi oknum dari Gerindra, urai Nizar, mantan Anggota DPR RI tahun
2009-2014 ini,” beber sang cendikia yang sudah merasakan asam garam penjara
ini.
Pernyataan yang tidak konsisten tersebut, La Nyalla dianggap telah dengan
sengaja menyerang kehormatan dan nama besar Prabowo, “coba lihat bahasa
‘palak’, itu bahasa yang tidak etis, itu bahasa preman. ‘Masa Prabowo dan ulama
mau mendukung preman jadi pemimpin daerah’? Tanya Nizar dengan nada tinggi.
Lanjutnya, “Di media juga ramai ditulis
‘Uang Mahar La Nyala untuk Prabowo’, ini fitnah yang sungguh keji,
pernyataan itu mengarah pada perbuatan melawan hukum. Berita itu tidak sesuai
kenyataan. Itu judul yang sangat bom bastis, kalian dengar sendirikan, surat La Nyalla yang dibacakan dalam acara
ILC TV One tadi malam"? kata Nizar.
Di acara ILC TV One Karni Ilyas mengatakan La Nyalla akan hadir untuk
menjelaskan hal ini, tapi La Nyalla memilih tidak hadir, hanya mengirim surat
klarifikasi. “Yang hadir ternyata tim La Nyalla yakni Faisal Assegaf yang cara
ngomongnya memalukan, tampaknya Faisal Assegaf tidak menguasai masalah, Tubagus
Danil Hidayat malah membeberkan oknum Gerindra, bukan Prabowo.
"Kemarin-kemarin mereka teriak Prabowo palak La Nyalla, tadi malam mereka
membelok, orang-orang yang tidak amanah dan tidak konsisten seperti itu apa
didukung para ulama"? Tandas Nizar.
Lebih jauh Nizar yang juga alumni HMI ini mengatakan, Tubagus Danil Hidayat
semalam menyatakan telah menerbitkan cek sebesar Rp 70 milyar tetapi dananya
belum ada, dananya ada tapi nanti bulan April. Berarti yang diserahkan itu cek
kosong, padahal cek itu surat berharga. “Cek itu alat pembayaran sah yang
dananya sudah siap di rekening yang mengeluarkan cek itu. Ini sudah menyalahi
undang-undang perbankan dan Peraturan Bank Indonesia. Seharusnya yang
diserahkan adalah Giro yang jatuh tempo bulan April. Bukan cek kosong, kalau
cek kosong itu kejahatan, masuk kategori penipuan,’ tegasnya.
Sementara Lusi Nurliana yang dihubungi terpisah melalui telepon seluler
mengatakan, alumni 212 tidak ada rekomendasi untuk La Nyalla. Para ulama malah
mengatakan Gerindra, PKS, PAN adalah partai yang konsisten bersama umat selama
ini, partai itu yang didukung. Gerindra, PAN, PKS adalah partai yang konsisten
misalnya menolak Perpu Ormas, aktif mengadvokasi para ulama yang terkena kasus
hukum dan lain-lain. Para ulama malah menghimbau umat untuk memilih ketiga
partai tsb, bukan menghimbau dukung La Nyalla. “Para ulama tau kok, pak La
Nyalla jangan asal ngarang. Kalau ada ulama yang ikut mendukung La Nyalla itu
pribadi ulama yangbersangkutan tapi bukan membawa-bawa nama alumni 212,” kata
Lusi.
Alumni 212 itu berjuang untuk umat dan bangsa, cara pandang ulama 212
adalah ke-Indonesiaan yang universal, bukan serpihan dan personal ke La Nyalla.
“Siapa itu La Nyalla sampai alumni 212 harus mendukung? Saya yakin para ulama
mengenal sosok Prabowo, mereka tidak percaya begitu saja omongan La Nyalla.”
tandas perempuan asal Tegal Jawa Tengah, Pengurus Nasional RPS dan mantan Caleg
DPR tahun 2014 dari partai PPP ini. (syf/tim)